18.25

Derajat Hadits Fadhilah Surat Yasin

Kategori: Manhaj Salaf
MUQADDIMAH

Kebanyakan kaum muslimin membiasakan membaca surat Yasin, baik pada malam
Jum'at, ketika mengawali atau menutup majlis ta'lim, ketika ada atau setelah
kematian dan pada acara-acara lain yang mereka anggap penting. Saking seringnya
surat Yasin dijadikan bacaan di berbagai pertemuan dan kesempatan, sehingga
mengesankan, Al-Qur'an itu hanyalah berisi surat Yasin saja. Dan kebanyakan
orang membacanya memang karena tergiur oleh fadhilah atau keutamaan surat Yasin
dari hadits-hadits yang banyak mereka dengar, atau menurut keterangan dari guru
mereka.


Al-Qur'an yang di wahyukan Allah adalah terdiri dari 30 juz. Semua surat dari
Al-Fatihah sampai An-Nas, jelas memiliki keutamaan yang setiap umat Islam wajib
mengamalkannya. Oleh karena itu sangat dianjurkan agar umat Islam senantiasa
membaca Al-Qur'an. Dan kalau sanggup hendaknya menghatamkan Al-Qur'an setiap
pekan sekali, atau sepuluh hari sekali, atau dua puluh hari sekali atau khatam
setiap bulan sekali. (Hadist Riwayat Bukhari, Muslim dan lainnya).

Sebelum melanjutkan pembahasan, yang perlu dicamkan dan diingat dari tulisan
ini, adalah dengan membahas masalah ini bukan berarti penulis melarang atau
mengharamkan membaca surat Yasin.

Sebagaimana surat-surat Al-Qur'an yang lain, surat Yasin juga harus kita baca.
Akan tetapi di sini penulis hanya ingin menjelaskan kesalahan mereka yang
menyandarkan tentang fadhilah dan keutamaan surat Yasin kepada Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam.

Selain itu, untuk menegaskan bahwa tidak ada tauladan dari Nabi Shallallahu
'alaihi wa sallam membaca surat Yasin setiap malam Jum'at, setiap memulai atau
menutup majlis ilmu, ketika dan setelah kematian dan lain-lain.

Mudah-mudahan keterangan berikut ini tidak membuat patah semangat, tetapi malah
memotivasi untuk membaca dan menghafalkan seluruh isi Al-Qur'an serta
mengamalkannya.

KELEMAHAN HADITS-HADITS TENTANG FADHILAH SURAT YASIN

Kebanyakan umat Islam membaca surat Yasin karena -sebagaimana dikemukakan di
atas- fadhilah dan ganjaran yang disediakan bagi orang yang membacanya. Tetapi,
setelah penulis melakukan kajian dan penelitian tentang hadits-hadits yang
menerangkan fadhilah surat Yasin, penulis dapati Semuanya Adalah Lemah.

Perlu ditegaskan di sini, jika telah tegak hujjah dan dalil maka kita tidak
boleh berdusta atas nama Nabi Muhammad Shallallahu 'alaihi wa sallam sebab
ancamannya adalah Neraka. (Hadits Riwayat Bukhari, Muslim, Ahmad dan lainnya).

HADITS DHA'IF DAN MAUDHU'

Adapun hadits-hadits yang semuanya dha'if (lemah) dan atau maudhu' (palsu) yang
dijadikan dasar tentang fadhilah surat Yasin diantaranya adalah sebagai berikut
:

Hadist 1

Artinya: "Siapa yang membaca surat Yasin dalam suatu malam, maka ketika ia
bangun pagi hari diampuni dosanya dan siapa yang membaca surat Ad-Dukhan pada
malam Jum'at maka ketika ia bangun pagi hari diampuni dosanya." (Ibnul Jauzi,
Al-Maudhu'at, 1/247).

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Ibnul Jauzi mengatakan, hadits ini dari semua jalannya adalah batil, tidak ada
asalnya. Imam Daruquthni berkata: Muhammad bin Zakaria yang ada dalam sanad
hadits ini adalah tukang memalsukan hadits. (Periksa: Al-Maudhu'at, Ibnul
Jauzi, I/246-247, Mizanul I'tidal III/549, Lisanul Mizan V/168, Al-Fawaidul
Majmua'ah hal. 268 No. 944).

Hadits 2

Artinya: "Siapa yang membaca surat Yasin pada malam hari karena mencari
keridhaan Allah, niscaya Allah mengampuni dosanya."

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Diriwayatkan oleh Thabrani dalam kitabnya Mu'jamul Ausath dan As-Shaghir dari
Abu Hurairah, tetapi dalam sanadnya ada rawi Aghlab bin Tamim. Kata Imam
Bukhari, ia munkarul hadits. Kata Ibnu Ma'in, ia tidak ada apa-apanya (tidak
kuat). (Periksa: Mizanul I'tidal I:273-274 dan Lisanul Mizan I : 464-465).

Hadits 3

Artinya: "Siapa yang terus menerus membaca surat Yasin pada setiap malam,
kemudian ia mati maka ia mati syahid."

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Hadits ini diriwayatkan oleh Thabrani dalam Mu'jam Shaghir dari Anas, tetapi
dalam sanadnya ada Sa'id bin Musa Al-Azdy, ia seorang pendusta dan dituduh oleh
Ibnu Hibban sering memalsukan hadits. (Periksa: Tuhfatudz Dzakirin, hal. 340,
Mizanul I'tidal II : 159-160, Lisanul Mizan III : 44-45).

Hadits 4

Artinya: "Siapa yang membaca surat Yasin pada permulaan siang (pagi hari) maka
akan diluluskan semua hajatnya."

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Ia diriwayatkan oleh Ad-Darimi dari jalur Al-Walid bin Syuja'. Atha' bin Abi
Rabah, pembawa hadits ini tidak pernah bertemu Nabi Shallallahu 'alaihi wa
sallam. Sebab ia lahir sekitar tahun 24H dan wafat tahun 114H.

(Periksa: Sunan Ad-Darimi 2:457, Misykatul Mashabih, takhrij No. 2177, Mizanul
I'tidal III:70 dan Taqribut Tahdzib II:22).

Hadits 5

Artinya: "Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca
Al-Qur'an dua kali." (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

Keterangan: Hadits ini Palsu.

(Lihat Dha'if Jamiush Shaghir, No. 5801 oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits 6

Artinya: "Siapa yang membaca surat Yasin satu kali, seolah-olah ia membaca
Al-Qur'an sepuluh kali." (Hadits Riwayat Baihaqi dalam Syu'abul Iman).

Keterangan: Hadits ini Palsu.

(Lihat Dha'if Jami'ush Shagir, No. 5798 oleh Syaikh Al-Albani).

Hadits 7

Artinya: "Sesungguhnya tiap-tiap sesuatu mempunyai hati dan hati (inti)
Al-Qur'an itu ialah surat Yasin. Siapa yang membacanya maka Allah akan
memberikan pahala bagi bacaannya itu seperti pahala membaca Al-Qur'an sepuluh
kali."

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Hadits ini diriwayatkan oleh At-Tirmidzi (No. 304 8) dan Ad-Darimi 2:456. Di
dalamnya terdapat Muqatil bin Sulaiman. Ayah Ibnu Abi Hatim berkata: Aku
mendapati hadits ini di awal kitab yang di susun oleh Muqatil bin Sulaiman. Dan
ini adalah hadits batil, tidak ada asalnya. (Periksa: Silsilah Hadits Dha'if
no. 169, hal. 202-203). Imam Waqi' berkata: Ia adalah tukang dusta. Kata Imam
Nasa'i: Muqatil bin Sulaiman sering dusta.

(Periksa: Mizanul I'tidal IV:173).

Hadits 8

Artinya: "Siapa yang membaca surat Yasin di pagi hari maka akan dimudahkan
(untuknya) urusan hari itu sampai sore. Dan siapa yang membacanya di awal malam
(sore hari) maka akan dimudahkan urusannya malam itu sampai pagi."

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Hadits ini diriwayatkan Ad-Darimi 2:457 dari jalur Amr bin Zararah. Dalam sanad
hadits ini terdapat Syahr bin Hausyab. Kata Ibnu Hajar: Ia banyak memursalkan
hadits dan banyak keliru. (Periksa: Taqrib I:355, Mizanul I'tidal II:283).

Hadits 9

Artinya: "Bacakanlah surat Yasin kepada orang yang akan mati di antara kamu."

Keterangan: Hadits ini Lemah.

Diantara yang meriwayatkan hadits ini adalah Ibnu Abi Syaibah (4:74 cet.
India), Abu Daud No. 3121. Hadits ini lemah karena Abu Utsman, di antara perawi
hadits ini adalah seorang yang majhul (tidak diketahui), demikian pula dengan
ayahnya. Hadits ini juga mudtharib (goncang sanadnya/tidak jelas).

Hadits 10

Artinya: "Tidak seorang pun akan mati, lalu dibacakan Yasin di sisinya
(maksudnya sedang naza') melainkan Allah akan memudahkan (kematian itu)
atasnya."

Keterangan: Hadits ini Palsu.

Hadits ini diriwayatkan oleh Abu Nu'aim dalam kitab Akhbaru Ashbahan I :188.
Dalam sanad hadits ini terdapat Marwan bin Salim Al Jazari. Imam Ahmad dan
Nasa'i berkata, ia tidak bisa dipercaya. Imam Bukhari, Muslim dan Abu Hatim
berkata, ia munkarul hadits. Kata Abu 'Arubah Al Harrani, ia sering memalsukan
hadits. (Periksa: Mizanul I'tidal IV : 90-91).

PENJELASAN

Abdullah bin Mubarak berkata: Aku berat sangka bahwa orang-orang zindiq (yang
pura-pura Islam) itulah yang telah membuat riwayat-riwayat itu (hadits-hadits
tentang fadhilah surat-surat tertentu). Dan Ibnu Qayyim Al-Jauziyah berkata:
Semua hadits yang mengatakan, barangsiapa membaca surat ini akan diberikan
ganjaran begini dan begitu SEMUA HADITS TENTANG ITU ADALAH PALSU. Sesungguhnya
orang-orang yang memalsukan hadits-hadits itu telah mengakuinya sendiri. Mereka
berkata, tujuan kami membuat hadits-hadits palsu adalah agar manusia sibuk
dengan (membaca surat-surat tertentu dari Al-Qur'an) dan menjauhkan mereka dari
isi Al-Qur'an yang lain, juga kitab-kitab selain Al-Qur'an. (Periksa:
Al-Manarul Munffish Shahih Wadh-Dha'if, hal. 113-115).

KESIMPULAN

Dengan demikian jelaslah bahwa hadit-hadits tentang fadhilah dan keutamaan
surat Yasin, semuanya LEMAH dan PALSU. Oleh karena itu, hadits-hadits tersebut
tidak dapat dijadikan hujjah untuk menyatakan keutamaan surat ini dan
surat-surat yang lain, dan tidak bisa pula untuk menetapkan ganjaran atau
penghapusan dosa bagi mereka yang membaca surat ini. Memang ada hadits-hadits
shahih tentang keutamaan surat Al-Qur'an selain surat Yasin, tetapi tidak
menyebut soal pahala. Wallahu A'lam.

***

Penyusun: Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas

*
[assunnah] Fw: HADIST PALSU TENTANG TAHLILAN kusnaryadi
o [assunnah] tanya...hukum kerja di BI firman ahmad


Oleh: Al-Ustadz Yazid bin Abdul Qadir Jawas
sumber :almanhaj.or.id

PENJELASAN PARA ULAMA TENTANG MASALAH RAJAB

[1]. Imam Ibnul Jauzy menerangkan bahwa hadits-hadits tentang Rajab,
Raghaa’ib adalah palsu dan rawi-rawi majhul. [Lihat al-Maudhu’at
(II/123-126)]

[2]. Kata Imam an-Nawawy:
“Shalat Raghaa-ib ini adalah satu bid’ah yang tercela, munkar dan jelek.”
[Lihat as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 140)]

Kemudian Syaikh Muhammad Abdus Salam Khilidhir, penulis kitab as-Sunan wal
Mubtada’at berkata: “Ketahuilah setiap hadits yang menerangkan shalat di
awal Rajab, pertengahan atau di akhir Rajab, semuanya tidak bisa diterima
dan tidak boleh diamalkan.” [ Lihat as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 141)]

[3]. Kata Syaikh Muhammad Darwiisy al-Huut: “Tidak satupun hadits yang sah
tentang bulan Rajab sebagaimana kata Imam Ibnu Rajab.” [Lihat Asnal
Mathaalib (hal. 157)]

[4]. Kata Syaikhul Islam Ibnu Taimiyyah (wafat th. 728 H): “Adapun shalat
Raghaa’ib, tidak ada asalnya (dari Nabi Shallallahu ‘alaihi wa sallam),
bahkan termasuk bid’ah…. Atsar yang menyatakan (tentang shalat itu) dusta
dan palsu menurut kesepakatan para ulama dan tidak pernah sama sekali
disebutkan (dikerjakan) oleh seorang ulama Salaf dan para Imam…”

Selanjutnya beliau berkata lagi: “Shalat Raghaa’ib adalah BID’AH menurut
kesepakatan para Imam, tidak pernah Rasulullah Shallallahu ‘alaihi wa sallam
menyu-ruh melaksanakan shalat itu, tidak pula disunnahkan oleh para khalifah
sesudah beliau Shallallahu ‘alaihi wa sallam dan tidak pula seorang Imam pun
yang menyunnahkan shalat ini, seperti Imam Malik, Imam Syafi’i, Imam Ahmad,
Imam Abu Hanifah, Imam ats-Tsaury, Imam al-Auzaiy, Imam Laits dan selain
mereka.

Hadits-hadits yang diriwayatkan tentang itu adalah dusta menurut Ijma’ para
Ahli Hadits. Demikian juga shalat malam pertama bulan Rajab, malam Isra’,
Alfiah nishfu Sya’ban, shalat Ahad, Senin dan shalat hari-hari tertentu
dalam satu pekan, meskipun disebutkan oleh sebagian penulis, tapi tidak
diragukan lagi oleh orang yang mengerti hadits-hadits tentang hal tersebut,
semuanya adalah hadits palsu dan tidak ada seorang Imam pun (yang terkemuka)
menyunnahkan shalat ini… Wallahu a’lam.” [Lihat Majmu’ Fataawa (XXIII/132,
134)]

[5]. Kata Ibnu Qayyim al-Jauziyyah:
“Semua hadits tentang shalat Raghaa’ib pada malam Jum’at pertama di bulan
Rajab adalah dusta yang diada-adakan atas nama Rasulullah Shallallahu
‘alaihi wa sallam. Dan semua hadits yang menyebutkan puasa Rajab dan shalat
pada beberapa malamnya semuanya adalah dusta (palsu) yang diada-adakan.”
[Lihat al-Manaarul Muniif fish Shahiih wadh Dha’iif (hal. 95-97, no.
167-172) oleh Ibnul Qayyim, tahqiq: ‘Abdul Fattah Abu Ghaddah]

[6]. Al-Hafizh Ibnu Hajar al-Asqalany mengatakan dalam kitabnya, Tabyiinul
‘Ajab bima Warada fii Fadhli Rajab:
“Tidak ada riwayat yang sah yang menerangkan tentang keutamaan bulan Rajab
dan tidak pula tentang puasa khusus di bulan Rajab, serta tidak ada pula
hadits yang shahih yang dapat dipegang sebagai hujjah tentang shalat malam
khusus di bulan Rajab.”

[7]. Imam al-‘Iraqy yang mengoreksi hadits-hadits yang terdapat dalam kitab
Ihya’ ‘Uluumuddin, menerangkan bahwa hadits tentang puasa dan shalat
Raghaa’ib adalah hadits maudhu’ (palsu). [Lihat Ihya’ ‘Uluumuddin (I/202)]

[8]. Imam asy-Syaukani menukil perkataan ‘Ali bin Ibra-him al-‘Aththaar, ia
berkata dalam risalahnya: “Sesungguhnya riwayat tentang keutamaan puasa
Rajab, semuanya adalah palsu dan lemah, tidak ada asalnya (dari Nabi
Shallallahu ‘alaihi wa sallam).” [Lihat al-Fawaa-idul Majmu’ah fil
Ahaaditsil Maudhu’ah (hal. 381)]

[9]. Syaikh Abdus Salam, penulis kitab as-Sunan wal Mubtada’at menyatakan:
“Bahwa membaca kisah tentang Isra’ dan Mi’raj dan merayakannya pada malam
tang-gal dua puluh tujuh Rajab adalah BID’AH. Berdzikir dan mengadakan
peribadahan tertentu untuk merayakan Isra’ dan Mi’raj adalah BID’AH,
do’a-do’a yang khusus dibaca pada bulan Rajab dan Sya’ban semuanya tidak ada
sumber (asal pengambilannya) dan BID’AH, sekiranya yang demikian itu
perbuatan baik, niscaya para Salafush Shalih sudah melaksanakannya.” [Lihat
as-Sunan wal Mubtada’at (hal. 143)]
[Disalin dari kitab Ar-Rasaail Jilid-1, Penulis Yazid bin Abdul Qadir Jawas,
Penerbit Pustaka Abdullah, Cetakan Pertama Ramadhan 1425H/Oktober 2004M]

0 Responses to "Tugas agama"

Posting Komentar